Nama
ikan belida adalah adalah sebuah ‘trademark’ untuk kuliner Palembang,
karena dari daging ikan inilah dibuat makanan khas Palembang ‘pempek’.
Ikan belida sebenarnya tergolong ikan hias yang dipelihara di akuarium,
namun di kawasan Sumatera Selatan ikan ini bernasib cukup merana.
Penangkapan yang tak mengenal jedah, sehingga ikan belida yang masih
kecil pun dijaring, menyebabkan ikon Palembang ini berada di ambang
kepunahan.
Ikan
belida ini sesungguhnya bukan ‘milik’ khas orang Palembang, karena
sebarannya cukup luas mulai dari India, Thailand, Malaysia, Brunei, dan
Kalimantan. Dalam bahasa Inggris ikan ini dinamakan ‘clown knife fish’. Diberi atribut ‘clown’ karena di badan ikan ada corak bulat-bulat menyerupai pakaian badut, dan disebut ‘knife fish’ karena bentuk tubuhnya yang panjang pipih menyerupai pisau. Di Surabaya, ikan yang sudah sangat langka ini dinamakan ‘ikan peso/ikan pisau’. Di India, ikan ini dinamakan ‘chitala chitala’.Menurut legenda orang Palembang, ikan ini dinamakan ‘belida’, karena dia tergolong ikan yang pandai bersilat lidah.
Dewasa
ini, sekali pun pempek selalu dipromosikan berasal dari daging ikan
belida, senyatanya sebagian besar dibuat dari daging ikan tenggiri, ikan
gabus atau ikan yang lain. Alasannya tentunya karena ikan belida sudah
sangat langka. Mungkin pemerintah perlu mempertimbangkan status satwa
ini sebagai hewan yang perlu dilindungi. Atau sekurang-kurangnya diberi
batasan kapan dan umur berapa ikan belida ini boleh ditangkap dan
dijala.
Dahulu
sekitar tahun 1800an, ikan ini diberi nama latin Notopterus kapirat,
namun setelah mengalami perubahan nomenklatur, dia dinamakan dengan
Notopterus notopterus. Ikan ini termasuk hewan nokturnal (aktif mencari
makan pada malam hari) karenanya ditangkap nelayan pada malam hari.
Bilamana dipelihara di dalam akuarium, sebaiknya dipisahkan dengan
ikan-ikan lain, karena ikan belida ini relatif tak bersisik, sehingga
bila bersinggungan dengan ikan yang bersisik tebal dapat menimbulkan
luka yang fatal.
Saya
belum pernah mendengar ada penangkaran ikan belida ini, seperti halnya
ikan lele yang dapat diternakkan dalam jumlah ratusan ribu. Mungkin
karakteristik pembiakan ikan belida ini memang tak memungkinkan untuk
dibesarkan di tambak. Yang jelas, orang Palembang perlu memikirkan
pelestarian ikan belida yang menjadi ‘maskot’nya, agar dia tak terancam
punah, seperti halnya nasib harimau sumatra.
0 comments:
Post a Comment