Thursday, December 18, 2014

Nama ikan belida adalah adalah sebuah ‘trademark’ untuk kuliner Palembang, karena dari daging ikan inilah dibuat makanan khas Palembang ‘pempek’. Ikan belida sebenarnya tergolong ikan hias yang dipelihara di akuarium, namun di kawasan Sumatera Selatan ikan ini bernasib cukup merana. Penangkapan yang tak mengenal jedah, sehingga ikan belida yang masih kecil pun dijaring, menyebabkan ikon Palembang ini berada di ambang kepunahan.
Ikan belida ini sesungguhnya bukan ‘milik’ khas orang Palembang, karena sebarannya cukup luas mulai dari India, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Kalimantan. Dalam bahasa Inggris ikan ini dinamakan ‘clown knife fish’. Diberi atribut ‘clown’ karena di badan ikan ada corak bulat-bulat menyerupai pakaian badut, dan disebut ‘knife fish’ karena bentuk tubuhnya yang panjang pipih menyerupai pisau. Di Surabaya, ikan yang sudah sangat langka ini dinamakan ‘ikan peso/ikan pisau’. Di India, ikan ini dinamakan ‘chitala chitala’.Menurut legenda orang Palembang, ikan ini dinamakan ‘belida’, karena dia tergolong ikan yang pandai bersilat lidah.
Dewasa ini, sekali pun pempek selalu dipromosikan berasal dari daging ikan belida, senyatanya sebagian besar dibuat dari daging ikan tenggiri, ikan gabus atau ikan yang lain. Alasannya tentunya karena ikan belida sudah sangat langka. Mungkin pemerintah perlu mempertimbangkan status satwa ini sebagai hewan yang perlu dilindungi. Atau sekurang-kurangnya diberi batasan kapan dan umur berapa ikan belida ini boleh ditangkap dan dijala.
Dahulu sekitar tahun 1800an, ikan ini diberi nama latin Notopterus kapirat, namun setelah mengalami perubahan nomenklatur, dia dinamakan dengan Notopterus notopterus. Ikan ini termasuk hewan nokturnal (aktif mencari makan pada malam hari) karenanya ditangkap nelayan pada malam hari. Bilamana dipelihara di dalam akuarium, sebaiknya dipisahkan dengan ikan-ikan lain, karena ikan belida ini relatif tak bersisik, sehingga bila bersinggungan dengan ikan yang bersisik tebal dapat menimbulkan luka yang fatal.
Saya belum pernah mendengar ada penangkaran ikan belida ini, seperti halnya ikan lele yang dapat diternakkan dalam jumlah ratusan ribu. Mungkin karakteristik pembiakan ikan belida ini memang tak memungkinkan untuk dibesarkan di tambak. Yang jelas, orang Palembang perlu memikirkan pelestarian ikan belida yang menjadi ‘maskot’nya, agar dia tak terancam punah, seperti halnya nasib harimau sumatra.

0 comments:

Post a Comment